Butterfly Effect

rioneilds yoongexo.wordpress.com

Butterfly Effect
Prequel of One Hours
Present by Cerfymour
PG 15+ | Oneshot | Action, Romance | Yoona SNSD, Suho EXO
It’s my imagination, MINE! so don’t be ridiculous say that my fanfic is yours! the cast is belong to their parents, agencies, and GOD.
Poster by rioneilds at yoongexo.wordpress.com
WARNING Typo bertebaran, Don’t copy without my permission, Don’t BASH, Don’t be SIDERS.
a.n: Ada banyak pertanyaan dibenak kalian tentang One Hours? Ini jawabannya. Semoga suka ^^

“Chagi, mau sampai kapan kau akan terus bekerja dilapangan seperti ini? Aku begitu mengkhawatirkanmu. Kau ini pengacara, bukanlah seorang polisi.” Rajuk Yoona, mata gadis miliknya terlihat memancarkan kekhawatiran. “Tenanglah. Ada Polisi Park yang akan selalu melindungiku. Aku begitu penasaran dengan kasus ini, dan tadi Polisi Park bilang dia sudah menemukan titik terang dari kasus ini.” Kilah Junmyeon.


“Tapi kan ini sudah malam Chagi. Apa tidak bisa menunggu besok pagi?” Yoona merengut sambil menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya sendiri, mencoba merajuk. “Aigoo, sayangku Na-ya. Kau tidak perlu khawatir, aku hanya sebentar ingin menemui Polisi Park tak jauh dari sini.” Junmyeon tetap keras kepala dan mengenakan jaket tebalnya yang berwarna hitam. “Aku pergi dulu.” Ucapnya sebelum pergi meninggalkan Yoona yang masih merengut dan merajuk dengan tubuh yang ditutupi selimut.
“Aku sendiri lagi.” Yoona mendesah pelan sambil mencoba memejamkan matanya, tak peduli lagi pada tingkah suaminya yang keras kepala itu. Jari jemarinya meraih lampu meja tak jauh dari sana, hingga akhirnya ruangan kamarnya sepenuhnya gelap.
.
.
.
“Polisi Park, kau sudah lama menanti disini?” tegur Junmyeon pada seseorang yang sedang mendinginkan mie rame cup nya disebuah mini market tak jauh dari apartmentnya.
“Ah, tidak terlalu lama kok Pengacara Kim. Untung saja kau bisa meluangkan waktu saat ini. Maaf sebelumnya aku meminta untuk bertemu malam-malam begini. Tersangka utama dari pembunuhan berantai perempuan yang ditemukan semua mayatnya dipinggir danau, sudah ditemukan. Bahkan buktinya pun menyertainya.”
“Apa maksudmu? Jadi pembunuh Jung bersaudara sudah ditemukan? Buktinya juga langsung ditemukan?”
“Ini sungguh ganjil.” Ujar Junmyeon sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya. Bagaimana bisa seorang pelaku kejahatan membuat pernyataan dan bahkan memberikan buktinya dari kejahatannya sendiri, terlebih kasusnya sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu. “Ada sesuatu yang ditutup-tutupi disini. Apa motif dari pelakunya?”
“Dia adalah seorang yang menyebut dirinya sendiri penyelamat perempuan dan ingin menyelamatkan para perempuan tersebut dari pelecehan semua lelaki dan kekerasan yang terjadi pada mereka dengan membunuh korbannya, tidak masuk akal bukan? Dan juga korban saat ini bertambah, dari delapan orang menjadi sembilan orang. Akan sangat sulit jika anda yang menjadi pengacara pembela bagi pelaku bernama Huang Zitao ini bukan?
“Apa? Kenapa bisa begitu? Semuanya terasa begitu kebetulan. Sebuah kebetulan yang disengaja dan seperti ada sandiwara didalamnya.Kurasa aku perlu mempertimbangkannya, jika atasanku mengatakan aku harus mengambil dan menangani kasus ini kurasa aku harus turun tangan dan menyelidiki lebih lanjut.” Ujar Junmyeon menelisik setiap fakta yang diberikan teman barunya, Polisi Park.
“Kau bisa menemukan buktinya di kantor kepolisian Gangnam. Kurasa ini sudah terlalu malam, aku juga tak ingin mengganggu waktu anda bersama istri anda yang cantik itu.” Junmyeon tersenyum mendengar pujian untuk istrinya, Yoona. “Ah, baiklah kalau begitu. Besok aku akan pergi kesana.”
Junmyeon dan Park Chanyeol saling berjabat tangan sebelum keduanya berpisah. Mereka tidak menyadari, ada jepretan kamera yang merekam semua kejadian pertemuan keduanya.
Tak lama setelah Junmyeon melangkah pergi meninggalkan Polisi Park. Sebuah mobil hitam berplat nomor putih melintas didepan mini market tersebut. Tanpa ragu, Polisi park masuk kedalam mobil. “Semuanya sudah siap sesuai dengan yang direncanakan, Tuan.” Ujarnya sambil membungkuk hormat pada lelaki yang dipanggilnya Tuan. Seorang lelaki paruh baya dengan wajah yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Korea, terutama para politisi pemerintahan Korea. Karena lelaki yang saat ini dihadapan Polisi Park adalah Byun Jun Hyung, Menteri Luar Negeri yang pamornya sedang naik karena keberhasilannya membangun hubungan bilateral dengan Israel.
“Anda tidak perlu khawatir. Huang Zitao sudah bersedia untuk menutupi semuanya, dan saya yakin pengacara Kim tidak akan membelanya dan mendesaknya terlalu jauh untuk mengungkap kebenaran karena bukti yang sudah dibuat oleh saya sendiri.” Lanjutnya yang kemudian dibalas anggukan dari Tuan Byun. “Anda sudah bekerja sangat keras. Ini imbalannya.” Sebuah amplop cokelat diberikan pada Polisi Park.
.
.
.
“Hah, kau menungguiku lagi rupanya Na-ya.” Junmyeon tidak kaget lagi melihat istrinya sudah tertidur di sofa ruang tengah apartment mereka. “Maafkan aku selalu membuatmu khawatir setiap malam. Tapi ini pekerjaanku, kebanggaanku. Satu-satunya yang bisa membuat Eommaku tersenyum bangga di surge sana.” Gumam Junmyeon sambil menarik selimut istrinya dan kemudian membopong Yoona kedalam kamar mereka berdua. Yoona terlihat sedikit mengerang karena, namun dia langsung menelungkupkan dirinya sendiri diatas dada Junmyeon, dalam dekapan suaminya.
“Nah, disini lebih hangat sayang.” Ujar Junmyeon sambil merebahkan tubuh Yoona diatas ranjang.
“Tidurlah yang nyenyak.” Ujar Junmyeon. Tangannya kembali menari indah diatas tuts-tuts keyboard laptop kesukaannya. Dengan giat, Junmyeon menulis setiap detail kasus yang akan ditanganinya, termasuk surat ijin untuk membawa kasus ini dibawah penyelidikannya.
Junmyeon bukanlah pengacara komersil, dia adalah pengacara pembela dimana dia harus bersiap membela setiap pelaku yang memang tidak memiliki uang untuk menyewa pengacara dalma pembelaannya. Dan kali ini, Junmyeon memutuskan untuk membela Huang Zitao. Ada sesuatu yang ganjil yang menggelitik hatinya sehingga dia mau mengambil resiko dalam penyelidikan kali ini. Dengan pernyataan dan pengakuan serta bukti yang memberatkannya, hal ini akan sangat sulit bagi Junmyeon untuk membuka kasus agar lebih terbuka kepermukaan.
.
.
.
“Jam berapa perfomamu hari ini Na-ya?”
“Tumben sekali kau ingat.” Jawab Yoona mendelik dengan suara yang sangat ketus.
“Aigoo kau masih marah padaku karena soal semalam? Tanganku masih sakit nih membopong tubuhmu yang berat.” Yoona memutar bola matanya tak percaya, Junmyeon hanya terkekeh melihatnya. “Aniya. Hanya bercanda sayang. Aku ingin menonton kau menari balet sayang, sudah lama sekali aku tidak melihat rusaku ini menari.”
“Jam 7 malam.” Jawab Yoona dengan ketus tapi dia membalikkan wajahnya, menyembunyikan semburat merona di pipinya. Yoona sangat menantikan performanya dan suaminya Junmyeon akan menontonnya. ‘What a god bless day!’
“Aku pastikan aku tidak terlambat.” Janji Junmyeon. “Aku pergi dulu ya sayang. Hati-hati nanti saat kau pergi ke studio baletmu.” Ucap Junmyeon sambil mendaratkan ciuman ringan di bibir dan dahi Yoona. “Love you.”
“Nado, saranghae. Sampai ketemu nanti malam sayang.” Jawab Yoona sambil melambai kearah Junmyeon yang hendak keluar rumah.
.
.
.
“Huang Zitao-ssi. Anda keturunan China-Korea? Saya Kim Junmyeon, pengacara pembela yang akan menyelidiki dan membela anda di pengadilan.” Sapa Junmyeon saat bertemu dengan Tao diruangan khusus bertemu di penjara. “Kenapa anda mau membela saya?” tanya Tao terlihat tak suka dengan sapaan ramah Junmyeon.
“Kenapa anda terlihat tidak suka? Apa karena anda sudah melakukan pengakuan kejahatan?”
“Bukan. Bukan karena itu. Tapi karena aku rasa kau sudah membuang waktu berhargamu untuk membelaku.” Jawab Tao dengan ketus.
“Tidak ada kata terlambat untukmu. Saya rasa ada settingan dibalik semuanya. Apa saya benar?” tanya Junmyeon to do point. Setelah melihat berkas-berkas yang sudah dia kumpulkan semalam. Semua jawaban dari Huang Zitao terlalu dibuat-buat dan berlebihan, sekaan-akan ingin memperlihatkan bahwa dia benar-benar bersalah dalam perenggutan 20 nyawa manusia. “Settingan? Hahahahah. Anda terlalu banyak menonton drama kepolisian, Junmyeon ssi.” Tao tergelak mendengar pernyataan Junmyeon, matanya menjadi liar memandang kesegala arah. Tapi Junmyeon tidak teralihkan, Junmyeon bisa melihat jari-jari tangan Tao bergetar saat mengatakan semuanya.’Apa dia sedang berbohong? Aku rasa aku harus benar-benar menyelidiki kepribadian dan masa lalu bocah ini.’
“Baiklah kalau menurut anda begitu. Saya akan menemukan bukti bahwa anda sengaja mengaku dan membuat settingan ini unuk menyembunyikan pelaku sebenarnya, bukan? Saya undur diri terlebih dahulu.” Ucap Junmyeon sambil meletakkan gagang telepon dimana pembicaraan barusan melalui gagang tersebut.
Kaca penghalang diantara Tao dan dirinya terlihat memperlihatkan ketakutan dibalik mata tajam seorang Tao. ‘Kau tidak bisa membohongiku lagi, Tao-ssi. Kita akan lihat seberapa jauh kau akan mengelak.’ Batin Junmyeon sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
.
.
.
“Na-ya, kau sudah bersiap? Aku sedang dalam perjalanan. 15 menit lagi cukup bukan untuk sampai kesana?”
“Ah, kau selalu seperti itu. 5 menit lagi acara dimulai.” Keluh Yoona sembari melihat jam dinding diruang tunggunya.
“Tapi kan penampilanmu masih 20 menit lagi. Tenang saja aku takkan melewatkannya.” Junmyeon terlihat memegangi headset bluetoothnya dan satu tangannya memegangi stir kendali mobilnya. “Bagaimana kau saja Tuan Kim.” Yoona sudah terlihat sangat kesal, ditambah dengan rasa gugupnya karena penampilannya sebentar lagi akan dimulai dan suaminya sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.
“Aish. Yoona marah lagi.” Gumam Junmyeon sambil mematikan headset bluetoothnya. Matanya beralih pada jalanan didepan mobilnya yang sangat macet. ‘Aku harap aku tidak terlambat.’
.
.
.
Handphone Junmyeon kembali bordering.
“Ne, Yeoboseyo Polisi Park. Ada apa?”
“Hentikan investigasimu mengenai kasus Jung bersaudara, atau kau akan kehilangan istrimu.” Junmyeon bingung pernyataan tiba-tiba dari Polisi Park. “Aniyo. Aku takkan menghentikannya. Keadilan berlaku untuk siapa saja, termasuk Huang Zitao klienku.”
“Kalau begitu, kau juga harus memikirkan keadilan untuk istrimu Yoona. Istrimu seorang ballerina bukan?”
“Darimana kau tahu?” desis Junmyeon, kedua alis Junmyeon saling bertaut. Baru saja dia mengenal seorang Park Chanyeol dan dia tidak menyangka Polisi itu ternyata tahu Yoona adalah seorang ballerina. “Seekor black swan yang cantik. Kurasa dia menunggumu.”
Tiba-tiba saja telepon tersebut terputus. Beberapa kali Junmyeon memanggil orang yang berbicara sebelumnya. “Polisi Park! Apa maksudmu.” “Hallo.” “Yeoboseyo.” Firasat buruk menyelimuti pikirannya. Bagaimana bisa seorang Park Chanyeol mengetahui keberadaan istrinya dengan begitu detail seperti itu, jari-jari tangan kananya sibuk menekan tombol cepat nomor satu, nomor istrinya-Yoona-.
Tut. Tut. Tut
Tak seperti biasa, Yoona tidak mengangkat panggilan teleponnya.’Mungkin dia sudah memulai performancenyaa.’ Batin Junmyeon, meski rasa gelisah dan keresahan kembali menyelimuti hatinya terlebih dengan Yoona-istrinya- yang tidak bisa dia hubungi sejak tadi.
.
.
.
“Hyun, apa kau melihat Yoona? Apa Yoona sedang diruang tunggunya?!” tegur Junmyeon pada rekan ballerina Yoona yang bernama Seohyun. Wanita yang sedang bersiap menunggu gilirannya berbalik kepadanya.”Ouh. Junmyeon-ah. Tadi terakhir kali aku melihatnya diruang tunggu.”
“Memangnya ada apa? Kau terlihat tidak seperti biasanya.” Tanya Seohyun yang langsung memerhatikan raut wajah khawatir Jumyeon sahabat masa kecilnya.
“Terima kasih. Kalau begitu aku akan langsung menemuinya. See you. Good luck untuk penampilanmu Hyun-ah.” Pungkas Junmyeon yang langsung meninggalkan Seohyun menuju ruang tunggu dimana Yoona berada.
.
.
“Na-ya!” pekik Junmyeon saat memasuki ruangan. Namun tidak ada yang menjawabnya. Matanya memandang kesekeliling ruangan tersebut, tapi tetap saja sosok yang dicarinya itu tidak ada.
Handphonenya kembali bordering.
“Sudah kubilang. Hentikan investigasi pada kasusmu itu, bodoh! Lihat apa yang akan terjadi pada istrimu.”
“Polisi Park, dimana Yoona? Dimana dia? Beritahu aku. Tolonglah, jangan bemain-main denganku.” Junmyeon meminta bahkan matanya yang tajam dan tegas berubah menjadi lebih rapuh, sebagian jiwanya telah menghilang dan sepertinya hanya seorang Park Chanyeol yang mengetahuinya.
“Maafkan aku. Tadi aku hanya ingin menggertakmu saja. Aku baru menyadari, istrimu juga lulusan dari academy yang sama dengan korban lainnya. Awalnya aku tidak ingin melibatkanmu, seharusnya kau mengikuti saranku untuk melepas kasus tersebut.”
“Apa maksudmu? Apa hubungannya Academy Rosary dengan hilangnya Yoona?”
“Kau masih tidak mengerti? Oh Tuhan.”
Junmyeon terlihat berpikir dan kembali mengingat-ingat semua yang terjadi sebelumnya, termasuk kasus yang sedang ditanganinya. DImana 20 orang perempuan mati ditangan yang sama, tanpa adanya ikatan atau hubungan yang sama satu dengan yang lainnya, dan yang dia ingat saat ini dia sedang membela tersangka utamanya. Seorang Huang Zitao.
“A-apakah kau sebenarnya ingin mengatakan bahwa tersangka yang sebenarnya masih berkeliaran? Dan Yoonaku adalah korban selanjutnya? Damn!”
“Aku hanya bisa memberitahumu sekilas. Bukankah sudah kubilang akan sangat sulit untuk membela Huang Zitao? Kenapa kau tidak biarkan saja dia menjadi kambing hitam yang dikorbankan. Karena kau belum tahu siapa dibalik semua kasus ini, kau akan mundur secara teratur jika mengetahuinya.”
“Diamlah! Katakan dimana Yoona sekarang!” bentak Junmyeons edikit berdesis akibat ketegangan pikirannya, hanya satu yang ada dibenaknya saat ini yaitu keselamatan Yoona. Junmyeon memukul keras stir mobilnya, emosinya meluap. Hanya tawa kecil sinis yang menjawab bentakannya, “Kau berada disisi yang salah Junmyeon-ah. Tarik terlebih dahulu kasus itu dari tanganmu. Biarkan Tao meringkuk dipenjara buatannya sendiri. Baru kau bisa menemukan Yoona, baik hidup atau mati dan menjadi korban kesepuluh.”
Pupil mata Junmyeon membesar, lampu hijau yang sedari tadi menyala menggantikan lampu merah di perempatan lalu lintas jalanan tak dia pedulikan.
Tin!!
Tin!!
Suara klakson melengking, mewakili protes pengendara lain yang terhalangi oleh mobil Junmyeon yang diam menghalangi arus jalanan yang sudah sangat padat dan macet.
“Iya. Iya! Sabar!” Junmyeon melampiaskan ketakutan dan amarahnya pada pengendara yang meminta haknya untuk bisa menjalankan kendaraannya tanpa terhalang mobil Junmyeon. Junmyeon berbalik arah kembali menuju kantornya. Ditekannya no handphone atasannya.
“Sir, saya ingin menarik kasus yang sedang saya tangani. Aku melepas kasus tersebut, karena saya rasa semuanya hanya akan sia-sia jika saya mencoba membela tersangka yang sudah mengaku dengan sendirinya.”
“Ne, Iya Sir. Baiklah. Terima kasih.” Pungkasnya mengakhiri percakapan dengan atasannya tersebut.
.
.
.
“Katakan dimana dia!” Junmyeon berteriak tepat didepan pintu rumah seseorang yang dia yakini bahwa rumah itu adalah rumah dari Park Chanyeol. “Kudengar kau sudah melepas kasus tersebut?” jawab Chanyeol dengan tenang setelah membuka pintu rumahnya sendiri dan melihat Junmyeon dengan penampilan acak-acakannya.
“Dia ada disebuah gudang tua. Dipinggiran kota Seoul, tepatnya sebelah selatan Seoul.”
Tanpa mengatakan apapun lagi, Junmyeon dengan segera mencari Yoonanya dipinggiran kota Seoul seperti yang disebutkan oleh Park Chanyeol sebelumnya.
.
.
.
“Na-ya!” teriak Junmyeon mencari-cari istrinya. Bahkan dia menerobos masuk gudang yang ternyata tidak dikunci.
.
.
BUGH! Sebuah hantaman kuat dari kayu yang tumpul tepat mengenai kepalanya.
Junmyeon bahkan tidak bisa melihat sosok Yoona yang tengah dibekap dengan sebuah tali kain, tepat dibelakang beberapa meter tak jauh darinya. Yoona terlihat menangis dengan tali yang terikat erat dikedua pergelangan tangannya.
.
.
.
“Hipnotis dia. Buat dia melupakan segalanya. Setidaknya buat dia tidak mencari lagi dimana wanita ini berada,” Titah lelaki muda -bernama Baekhyun- yang usianya tak terpaut jauh dari Junmyeon. Dokter ahli psikologi yang sengaja dia jemput kerumahnya dengan segera mengikuti perintahnya. Dipeganginya tali dengan ujung jam saku yang saling menganyun dari kiri kekanan tepat setelah Junmyeon mendapatkan kesadarannya.
.
.
“Kau tak perlu meronta-ronta seperti itu!”
“Takkan ada yang bisa menemukanmu, termasuk suamimu sendiri!”
“Hahahahahhaah!”
Byun Baekhyun terlihat menyeringai dan menggeram melihat Yoona yang diam tak berkutik dihadapannya, bagai seekor mangsa yang sudah sangat berpasrah diri. Melihat seorang ballerina seperti Yoona cukup membuat Baekhyun muak dan ingin segera membuatnya menderita.
“Kalian! Angsa-angsa lemah yang menganggap diri kalian lebih tinggi daripada yang lainnya. Seenaknya saja kalian membuat batas sendiri dan menganggap diri kalian sendiri eksklusive. Lihat ini Jung Soyeon Jung Soojung! Lihatlah! Aku lebih berkuasa dari kalian, kalian berdua tak pantas menolak cintaku saat itu dan berakhir di alam dunia yang lain. Hahahhaha!”
Teriakan Baekhyun dan sumpah serapah yang mengiringinya membuat bulu kuduk Yoona meremang. Mata rusanya hanya bisa melihat tangan lihai Baekhyun yang sudah siap membawa tongkat tongkat besi yang sengaja dipanaskan. Yoona tak menyangka tongkat besi itu akan berakhir mengenai kulitnya dan membuat kulitnya melepuh. “Hmmphhhh!” teriaknya dibalik tali kain yang menutupi mulutnya. Bibirnya bergetar ketakutan, bahkan peluh-peluh yang membasahi pelipisnya sudah tak dapat terhitung jumlahnya.
Sebuah ujung benda tajam mengenai setiap sendi tulang rusuk perutnya. Rasa sakit berjengit menghantam tubuhnya. Beberapa tusukan membuat darahnya keluar tanpa ada halangan yang berarti. Alhasil cairan nan pekat berwarna kemerahan itu memenuhi lantai dasar dari ruangan gudang tak berpenghuni.
Yoona koma, dengan jasad yang kritis dan kematian dihadapannya. Dan dia harus segera mencari suaminya sendiri dengan arwahnya.

Berlanjut ke FF One Hours klik ini

Sequel/Epilog
Hujan rintik-rintik membasahi permukaan tanah yang masih basah karena galian tadi siang. Udara dingin tidak menyurutkan keinginan para pelayat untuk ikut menemani Junmyeon menguburkan jasad mendiang istrinya, Yoona. Tangis harus menyelimuti suasana diantara mereka, bahkan Sehun yang dikenal sangat ceria ikut tertunduk dan merasakan kesedihan yang mendalam, merasakan kehilangan yang dirasakan Junmyeon saat ini.
Senyuman dengan wajah pucat dari arwah yang sedang berdiri tak jauh dari pemakamannya sendiri.
Angin yang berdesir seakan menyampaikan pesannya pada namja yang selama ini sangat dia cintai, bahkan sebelum dia benar-benar menghembuskan nafasnya, hanya Junmyeon yang dia cari dan dia ingat selama menjadi arwah.
‘Selamat tinggal sayang, kuharap kau melanjutkan kehidupanmu dengan lebih baik lagi,’
Junmyeon menoleh kearah angin menuju.
“Na-ya. Selamat jalan. Tunggu aku menyusulmu nanti.”

THE END

p.s: No more question, right? Hahahha maaf ya FF nya kalau kurang ngefeel karena kepotong. Suka kan?/ngedipin mata/plaak

1 Komentar

Filed under Angst, Cerfymour, Death Fic, Fanfiction, GARDENER, Genre, Lenght, Oneshoot, PG-17, Rating, Romance, Tragedy

1 responses to “Butterfly Effect

  1. Omo in knpa miris bnget sihhh unn 😥

    jd roh yoona dtg ke tmuin suho sblm dia mati gt?? Tp dlm keadaan koma? Huaaaa yg lbih bkn nyesek suho gak ingt yoona sm skli krn di ipnotia smpe” yoona tlat diselamtin hikss hiks 😦

    Suka

Leave Your Comment, Please..